06 October 2016

BCA, Senantiasa di Sisi Saya

Sejak mulai bekerja, saya membuka rekening Tahapan di BCA. Saya menggunakan rekening BCA sebagai cash flow harian saya. Awalnya saya belum menggunakan fasilitas KLIK BCA, namun suatu hari ketika pergi ke Gandaria City saya baru mengetahui bahwa di gerai BCA, kita dapat melakukan pengajuan penggunaan KLIK BCA melalui layanan video call dengan customer service BCA (dan juga kebutuhan atau aduan lain). Token akan diberikan oleh petugas yang berada di tempat setelah kita selesai melalui tahapan pengajuan KLIK BCA. Layanan video call ini menurut saya sangat membantu kebutuhan atau aduan dari nasabah BCA, karena berlokasi di mall dan dapat diakses dari hari Senin - Minggu.

Di akhir bulan, ketika menerima gaji, saya akan langsung menuju ke website KLIK BCA. Saya telah menyiapkan list pengeluaran bulanan rutin saya, transaksi perbankan apa saja yang harus saya lakukan, dan juga berapa banyak uang tunai yang harus saya ambil dari ATM BCA

Saya rutin melakukan pembayaran listrik, telepon, dan TV kabel setiap bulannya. Transaksi tersebut mudah dilakukan, dan juga dapat disimpan di Daftar Pembayaran. Sifat transaksi melalui KLIK BCA juga online, sehingga pembayaran yang dilakukan dapat langsung berhasil tanpa jeda waktu harian. Hal ini mencegah kemungkinan kita untuk melewati jatuh tempo pembayaran apabila kita melakukan transaksi saat telah mendekati waktu jatuh tempo.

Untuk keperluan akan uang tunai, ATM BCA sangat mudah ditemukan menurut saya. Baik di mall-mall besar maupun di sekitaran jalan. Terlebih di mall besar, seperti Gandaria City atau Kota Kasablanka, bahkan ATM BCA memiliki gerai tersendiri yang terdiri dari lebih dari 10 mesin ATM.



Kartu Kredit pertama yang saya miliki adalah Kartu Kredit BCA. Pengajuannya cepat dan mudah. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui KLIKBCA. Saya dapat mengajukan kenaikan limit dan jatuh tempo baru untuk kartu kredit saya dengan menghubungi HALOBCA saja di 1500888. Dokumen yang dibutuhkan dapat dikirim melalui email, saya diberikan estimasi selesainya laporan, dan cara follow up laporan. Estimasi yang diberikan tepat, sehingga saya tidak perlu melakukan follow up

Saya dapat mengecek transaksi dan tagihan kartu kredit lewat KLIKBCA. Setelah beberapa jam atau keesokan harinya, transaksi kartu kredit yang kita lakukan akan muncul, hal ini mempermudah pemantauan penggunaaan kartu kredit saya secara berkala (tidak perlu menunggu tagihan melalui electronic statement di akhir bulan).

Promo dari Kartu Kredit  BCA yang paling sering saya gunakan adalah untuk upsize minuman di Starbucks. Beberapa kali saya juga membeli kue dari Colette and Lola dengan promo potongan 10% dengan Kartu Kredit BCA. Terakhir saya makan di Cupbob Gandaria City dan mendapat potongan 15% dengan Kartu Kredit BCA



Selain kartu kredit, saya juga menggunakan Debit BCA untuk transaksi harian dari kisaran nominal puluhan ribu sampai jutaan karena mayoritas semua merchant di toko ataupun mall dapat menerima pembayaran dengan Debit BCA. Untuk urusan asuransi, saya juga memiliki Provisa Syariah (kerjasama BCA dengan AIA) yang meliputi produk asuransi dan investasi, dengan kontribusi bulanan sebesar Rp.500.000. Saya juga pernah membuka Deposito berjangka BCA dengan sistem ARO plus. Pada saat saya melakukan penutupan deposito tersebut, hanya memakan waktu kurang dari 1 jam dan uang langsung cair ke rekening saya.

Seperti judul artikel ini, BCA memang senantiasa di sisi saya. Dari tabungan, deposito, kartu kredit, kartu debit, asuransi, internet banking. Semua fasilitas yang disediakan BCA yang pernah saya gunakan berkualitas sangat baik dan mempermudah transaksi harian ataupun bulanan saya. Sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, baik dari sisi histori maupun presensi saat ini, saya percaya dengan kualitas BCA untuk mendukung transaksi perbankan harian masyarakat Indonesia. 

BCA, senantiasa di sisi saya.

berpartisipasi dalam "My BCA Experience" Blog Competition

30 August 2016

Your job is a vacation


This.
 
I don't know why I laughed so hard over this. Also, somehow this makes me appreciate my job even more.
 
Gotta try to watch Fresh Off the Boat then!

28 July 2016

What a day

Roy Kim's Maybe I on looping.

A piece of something that's used to be yours.

Painful memory.

What a day to be remembered.

01 July 2016

What I did wrong

We think we’re hideous but someone else out there thinks we’re gorgeous.
We don’t ask out that person because we tell ourselves that they couldn’t like us.
 Recently, I came across one good article in thought catalog. The above is one of the related part of the article for me. I don't know how someone/someone new sees me from my outer look, my appearance. Do I look confident? Do I look like I'm proud of myself?

After reading that article, I'm thinking about what I might do wrong about myself :
1. Over-thinking
2. Over-talking
3. Over-expecting

(not sure if those words exist, but yeah)

For the first one, yes, over-thinking leads to baper. I am over-thinking on almost everything. Baper is like the way of my life. Friendship, love life, office drama, just name it. I remember once my friend told me that I was way too baper. At first, I was mad at him but lately I feel sort of ashamed of myself, especially the super baper version of myself. Cause really, I realize that I am that baper.

For the second one, it's not that I am socially active, or talkative, not at all. It's just that I do really like to tell stories when I find the "connection" with that certain people. I am usually quite, but once I get comfortable with someone, I will talk, talk, and talk. And so I remember my other friend told me that I need to "meet" a guy who would like to listen to my endless stories. Lol. I just came to a realization that this second part actually would freak people out. As I would talk about everything... sometimes I believe they will find me....scary? If not, they will slowly back off from my life. Maybe it's normal to talk and talk and talk. But on the other hand, it gets really tiring to listen to other people's drama? So sometimes, it's better to keep something to yourself and let you solve it yourself.

For the last one, it's kinda connected with the first one. Over-thinking, over-expecting, baper. That vicious cycle. Every time I don't hope or expect for something, I get it. SO is it that wrong to hope, to expect? This time I remember what my other other friend told me "you are not allowed to be sad if you don't do anything about it". That's what exactly I do. I just hope and expect without really doing something about it. And by not doing anything, I'm hoping something will happen just as it is. So who's the wrong here?

I'm not really sure about what I just wrote here but I do admit that it's because of him.
.
.
.
Azik.

18 April 2016

Permasalahan baper ini

"Lo tuh terlalu baper Mon"
"Jangan baper-baper lagi ya Mon"

Seringkali kata "baper" ini keluar untuk menggambarkan diri gue, baik dari gue sendiri maupun dari orang lain. Dan sejujurnya gue mengakui kok, kalo gue anaknya emang baper banget. Apapun gue baperin. Nonton drama korea, baper. Pisah sama temen sekolah, baper. Jalan-jalan ke sekolah lama, baper. Abis resign, baper. Nyari kerjaan, baper. Yaelah. Cape banget deh. Perna suatu kali gue dengerin curhatan temen gue, terus gue bilang sama dia sebagai konklusi "udah, makanya lo jangan terlalu baper!" Terus dia tanya gue "gimana caranya?" Yang gue jawab dengan "ya mana gue tau, gue kan orangnya baper banget" yang akhirnya tentu saja gue dikeplak sama temen gue HAHAHA.

Sungguhan, gue itu bener-bener baper to the point I can't understand myself. Mungkin orang lain cuma baper kalo soal cinta-cintaan ya. Kalo gue, seperti yang gue jabarkan di atas, apa juga dibaperin. Gue pernah baca dimana gitu, katanya semua orang memang akan baper pada waktunya. Means, ga ada obat penyembuh kebaperan ini. Nah gimana dengan gue? Yang apa aja dibaperin, setiap waktu baper. Kadang, gue pengen juga jadi orang YOLO yang hajar aja, gausa lah semua hal dipikirin dibaperin gitu. Tapi, ya gatau gimana caranya ya.

Sekarang jadi lagi baperin apa Mon?

"Kantor lama".

Ehe ehe ehe. 

Jadi mungkin gue memang ga perna cerita disini banget tentang kedramaan di kantor lama gue. Intinya adalah gue sekarang uda di kantor baru (yang insya Yesus lebih berkah yah). Nah terus kenapa sekarang baperin kantor lama deh?

"Kenapa ya?"

Simpel aja, blog ini mungkin salah satu saksi kegalauan gue jaman kuliah dulu. Tiap hari kerjaannya nungguin Jumat mulu. Minggu pagi aja udah galau karena bentar lagi Senin. Super puji Tuhan banget gue ga ngalamin hal itu di kehidupan perkantoran gue. Ke kantor itu ga pernah jadi beban untuk gue. Biasa aja gitu. Kerja ya kerja, weekend ya weekend, tapi gasampe longing for weekend all the time gitu. 

Intinya, apa sih yang dibaperin soal kantor lama?

"Temen-temennya."

Memang saat meninggalkan kantor sebulan yang lalu itu, keadaan kantor bukanlah keadaan yang gue rindukan ya. Tapi, untuk orang baper kayak gue, men, 2 tahun gue disana, 5x dalam seminggu, Jam 9 sampe selesai. Pulang kantor, makan di Gunawarman, nongkrong di Senop, nonton ke PP, sekedar nemenin belanja doang ke PP. Pulang kantor maennya sama anak-anak kantor juga. Di kantor kalo uda makan siang heboh banget, waktu cemal cemil sorenya. Kangen banget deh! 

Sekarang, semua anak-anak kantor lama tersebar dimana-mana, dan tentunya keadaan tidak akan pernah sama seperti dulu (seperti halnya gue ga akan balik lagi ke SMA hiks). Yang lucu adalah, kita kayak ga bisa move on dari Wolter dan sekitarnya gitu. Kalo ktemuan, nongkrong tetep aje di Kanawa lah, ato bahkan KFC Gunawarman, ato PHO yang di Wolter, Anomali Senopati. :') Terus tiap lewat gedung kantor lama kayak ada "nyezzz" hahahahah ini gue doang sih kyknya, gatau juga dah.

Well, I guess this is part of growing up. Bertahun-tahun lulus SMA juga ga bisa move on gue, sekarang apalagi dunia kerja, ya mana mungkin juga semua orang disitu-situ aja. I just hope, semua anak-anak kantor lama gue masih bisa catch up sesekali, reminiscing our golden times together, dan tentunya semuanya lebih berkah lagi kerjaan barunya.

Amin.

09 February 2016

Tentang Teman

Selama gue menulis disini, mungkin paling sering ngomongin kehidupan pas SMA dulu. Most of my friends are my high school friends, tepatnya most of my closest friends. Gue berpikir mungkin karena waktu SMA itu, gue ketemu sama orang-orang itu 6 kali dalam seminggu. Dari jam 7 pagi sampai 2 siang. Setiap hari untuk bertahun-tahun, apalagi kalo sekelas. Sampe bosen juga ya dia lagi dia lagi orangnya. Bondingnya kuat sekali. 

Lalu sampailah gue di masa kuliah. Bukannya ga punya teman ya, tapi kalo melihat hal secara general, kuliah yang gue jalani itu sangat individualis dibandingkan dengan SMA. Apalagi gue tipe KupuKupu di kampus. Setahun totalnya kuliah cuma 8bulan, potong sabtu-minggu, tanggal merah, terus kuliahnya cuma dari jam 8 sampai jam 2 siang. Manalah gue orangnya ansos sekali di kampus, yaudah 3.5 tahun lewat begitu aja. 

Sekitar 2 tahun sudah gue menjalani masa kerja. Di kerjaan pertama gue ini, sesungguhnya gue menemukan fakta lain lagi. Gue merasa teman-teman kerja ini lebih intens lagi ketemunya. Ketemu dari jam 9 sampai jam 7 malam, malahan gue sering nongkrong sama mereka kalo pulang kantor. Terus pulang kantor, masi ngobrolnya sama mereka-mereka juga. Ibaratnya, keseharian gue yang paling tau ya teman-teman kantor ini. Fakta lain yang gue temukan adalah, di luar teman-teman kantor ini, kita semua punya teman-teman dekat lain, yang mana kita temui setelah kerja atau di saat weekend. Gue selalu berpikir kalo mungkin gue ga akan ketemu sama anak-anak kantor lagi seandainya kita sudah beda kantor. Karena waktu lowong itu akan digunakan sama teman-teman lain tersebut bukan? 

Singkat cerita, selama kurang-lebih 2 tahun ini, gue kenal dengan orang-orang ini... yang sekarang 70% nya adalah mantan teman kantor. Mungkin gue ga bisa cerita kenapa jadi mantan teman kantor ya, karena domestik banget kisahnya... Tapi yang jelas, di hari Selasa kelabu ini yang manalah hujan juga, gue jadi sedih nan galau. Awalnya gue melihat layar list of conversations skype gue, seharian ini gue ngobrol sama Reza, Eka, Fahmy, Celine, dan Astrid. Mereka adalah mantan teman kantor gue. Senangnya, karena masih cukup intens ngobrol sama mereka-mereka ini. Sebetulnya, Celine udah lama juga jadi mantan teman kantor. Hampir setahun. Tapi ternyata masih ngobrol setiap hari juga. Senang. Sisanya jadi mantan teman kantor kurang lebih sebulan deh. Biasanya, kita ngobrol atau gunjing pribadi di skype. Habis itu kita ngobrol langsung atau makan bareng di pantry, sambil ngikik-ngikik sendiri. Ah those good old times. Rasanya udah lama banget ngeliat mereka semua di kantor. Sekarang gue liat di instagram, snapchat, atau path aja. Aneh rasanya. Ini gabungan rasa sedih pas lulus SMA dengan perasaan baru. 

Perasaan baru yang intinya tempat kerja ya bukan institusi sekolah, tidak ada certain period of time yang menentukan berapa lama seorang ada disana. To think about it, ini rasa secure yang ditawarkan oleh sekolah. Ada waktu tertentu yang ditetapkan untuk dilewati kita semua murid-murid. Mulai kuliah, sebetulnya masih ada waktu tersebut, tapi kita sudah lebih mandiri untuk menentukan arah kita sendiri dan bekerja lebih keras kalau mau cepat selesai. Kerja. Nah, kerja itu sungguh berbeda. Kita sungguh mengatur karir dan masa depan di tempat kerja kita, berapa lama kita mau di satu tempat, apa yang mau kita capai.

Naif memang kalau berharap kita semua akan sama-sama terus di tempat kerja ini, seberapa menyenangkan nya pun teman-teman dan tempat kerja itu. But for a while, I just wished that it could end like that. Intinya, gue cuma mau bilang bahwa teman itu bisa ditemukan di mana saja. Tapi teman yang sungguh-sungguh bisa dekat di hati... pasti ga banyak. Jadi darimanapun teman itu, mau dari sekolah, kuliah, kerja, atau random sekali pun... Kalau mereka bisa dekat di hati, ada baiknya dijaga pertemanan tersebut~


Monic