23 December 2011

Makna Natal

Natal tahun ini agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mengapa? Karena saya masih menjalani Ujian Akhir Semester sampai tanggal 29 Desember nanti. Saat pertama mengetahui jadwal UAS yang 'kurang manusiawi dan menghargai mahasiswa yang akan merayakan Natal', jujur saya sangat kecewa.

Teringat tahun lalu, dimana saya sudah selesai UAS pada tanggal 14 Desember. Saat itu saya sangat senang dan membangga-banggakan Fakultas Hukum. Mengapa? Karena FH berbeda dengan fakultas lain, yang menyelenggarakan UAS dua minggu terakhir di bulan Desember. Ketika itu saya berpikir "Yang penting FH berbeda bagaimana fakultas lain yah itu urusan mereka".

Tahun ini... Barulah saya merasakan apa yang dialami teman-teman dari fakultas lain tahun lalu.

Empat belas tahun bersekolah di sekolah Katolik, tentu saya mendapat libur Natal dan akhir tahun yang wajar (biasanya dimulai sebelum tanggal 20an Desember). Yang ingin saya soroti adalah, ketika Libur Idul Fitri, saya pasti akan mendapat libur setidaknya satu minggu. Jadi tidak akan terjadi harus belajar untuk ujian di tengah hari raya.

Pertanyaan saya... Mengapa sekarang saya tidak mendapat liburan Natal? (dalam arti, setelah Natal masih ada jadwal UAS). Bagaimana perasaan orang yang harus belajar di tengah hari raya (yang hanya berlangsung satu kali dalam setahun)? Apakah itu tidak menjadi pertimbangan? Bagaimana dengan teman-teman dari daerah? Yang mungkin tidak mempunyai saudara dekat di ibukota.

Pemikiran-pemikiran ini yang kerap kali mengganggu saya sejak dikeluarkannya jadwal UAS. Hari ini, 23 Desember 2011, masih ada 4 UAS yang menanti saya setelah hari raya Natal.

Saya rasa cukup untuk keluhan saya.

Makna Natal.
Semakin saya mendalami keluhan saya di atas, saya justru berpikir. Bagi saya, yang memang orang asli Jakarta dan dapat merayakan Natal dengan tenang bersama keluarga.. Sebetulnya apa yang saya sesalkan dengan jadwal UAS yang seperti itu? Apakah menyebut teman-teman dari daerah hanya saya jadikan "alat" untuk memperkuat argumentasi saya?

Saya justru merasa bahwa saya kehilangan makna Natal yang sesungguhnya. Mungkin sebenarnya hati saya yang belum siap menyambut kelahiran Yesus Kristus. Natal yang saya nanti-nantikan itu (bahkan sejak bulan Oktober) mungkin hanyalah euforia tentang Natal. Film, lagu, album, pohon Natal, dan liburan.

Sungguh picik tentu untuk berpikir tentang liburan instead of makna Natal yang sebenarnya. Saya jadi kecewa dengan diri saya sendiri. Saya terlalu terbuai dengan kegembiraan-kegembiraan Natal yang ditawarkan lewat media tapi tidak mengingat makna kelahiran Tuhan itu sendiri.

Sekarang untuk mengakhiri tulisan saya kali ini, saya dengan yakin menyatakan perubahan pemikiran saya tentang jadwal UAS dengan makna Natal.

Memang saya masih punya empat UAS mendatang, memang benar besok Malam Natal, memang lusa hari Natal. Tapi mengutip kata-kata teman saya, "Jesus is enough". Ya itulah yang harus saya yakini daripada mengeluh tentang jadwal yang tidak akan berubah.

Have yourself a Merry Christmas! The most important thing to do is prepare your heart to welcome Him in this world :)

0 comments: