18 August 2015

Tips Mengelola Keuangan

Sebelum bekerja dan menghasilkan uang sendiri, saya terbiasa menyisihkan sedikit dari uang jajan saya untuk ditabung. Sejak mulai bekerja kira-kira satu setengah tahun yang lalu, saya mulai benar-benar mengelola keuangan saya sehari-hari. 

Awalnya, saya menghitung kebutuhan sehari-hari: primer dan tersier. Kebutuhan yang saya golongkan ke kebutuhan primer (15%) adalah kebutuhan yang statis, memiliki jumlah yang sama setiap bulannya, dan tidak dapat diganggu gugat; seperti transportasi, pulsa, dan sumbangan rutin gereja. Sedangkan kebutuhan tersier (25%) adalah kebutuhan yang lebih bersifat "tambahan", dan dapat disesuaikan jumlahnya; seperti makan di restoran, belanja pakaian, buku, atau tas. Total kebutuhan sehari-hari saya adalah 40% dari gaji bulanan, maka saya langsung menyisihkan 60% sisanya untuk ditabung di awal.

Presentase kebutuhan primer saya tergolong cukup rendah, karena saya dapat menghemat dengan membawa bekal untuk makan siang dan mengurangi ongkos transport ke kantor dengan berangkat bersama ayah. Saya menetapkan angka 25% untuk kebutuhan tersier, sehingga hidup saya dapat berjalan fleksibel. Walaupun rutin membawa bekal, ketika ingin jajan sore saya tetap akan jajan dan sebagainya. Intinya, segala keinginan yang bersifat tersier dapat tetap terlaksana dengan jumlah yang telah saya tetapkan. Apabila ada sisa dari jatah kebutuhan tersier, saya akan menggunakannya sebagai "reward" yang dapat saya gunakan di akhir bulan.

Saya menggunakan kartu kredit untuk mengatur kebutuhan tersier dengan pintar-pintar melihat tanggal rekening dan tanggal jatuh tempo. Tanggal rekening penting untuk "menunda" tagihan sementara tanggal jatuh tempo penting untuk memastikan ketepatan waktu pembayaran. Dengan memperhatikan kedua hal itu, kita dapat memanfaatkan fungsi dari kartu kredit tanpa menjadi terlalu konsumtif atau sampai terlilit hutang.

Untuk tekhnis menabung, saya memiliki dua rekening. Satu rekening untuk menabung dan satu rekening untuk pengeluaran. Setelah menerima gaji, saya akan langsung memisahkan uang untuk tabungan dan pengeluaran. Rekening pengeluaran saya gunakan untuk cash flow sehari-hari (transaksi dengan Internet Banking atau mengambil uang di ATM) sementara ATM rekening tabungan tidak pernah saya bawa sehari-hari.

Saya pun sudah mulai untuk berinvestasi. Dari beragam jenis investasi yang ada, saya memilih untuk menaruh uang di investasi beresiko rendah, yaitu Deposito berjangka dan Provisa. Sistem deposito berjangka memastikan saya tidak menggunakan uang simpanan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Setiap 6 bulan saya memasukkan uang ke rekening deposito dari akumulasi tabungan bulanan saya. Sistem Provisa membuat saya semakin disiplin menabung dengan cara menyisihkan sejumlah uang setiap bulannya yang akan diakumulasikan dan menghasilkan bunga di atas bunga tabungan setelah periodenya habis, ditambah dengan fasilitas asuransi jiwa yang secara otomatis diperoleh (tanpa premi tambahan). Tabungan di Provisa saya ambil dari 60% jatah tabungan setiap bulannya. Selain itu, saya juga menginvestasikan sedikit uang untuk membeli USD dan emas batangan. Hal yang harus diperhatikan ketika berinvestasi adalah memastikan uang yang tersisa di rekening tabungan harus sejumlah 2-3x kebutuhan bulanan kita.

Seperti hal lain dalam hidup saya, saya selalu membiasakan diri untuk menentukan tujuan yang ingin diraih, agar kemudian saya dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk masalah keuangan, saya menentukan jumlah uang yang harus dapat saya kumpulkan setiap tahunnya, apa yang ingin saya beli dengan uang yang telah terkumpul tersebut, dan modal yang harus saya punya untuk dapat memulai usaha sendiri. Tujuan ini mempengaruhi hal lain dalam hidup saya seperti besarnya gaji yang saya peroleh, bagaimana saya dapat memperoleh uang tambahan. 

Demikian sharing pengelolaan uang yang saya lakukan setiap bulannya. Semoga menginspirasi!

0 comments: